KAMPUNG BATIK PALBATU JAKARTA
Tulisan ini beriskan
tentang sejarah dari kampung batik satu-satunya di Jakarta yang harus kita
kunjungi karena edukasi membatik memberikan pengalaman yang bermanfaat untuk diri kita sendiri.
Sejarah Kampung Batik Palbatu
Lokasinya memang berada
tidak jauh dari pusat kota Jakarta, di antara deretan gedung pencakar langit,
warga Palbatu, Tebet,
Jakarta Selatan,
muncul sebagai warga Ibu Kota yang masih melestarikan
budaya membatik.
"Selamat datang di
Kampung Batik Palbatu"
begitulah tulisan pada papan
besar berhias tanaman saat masuk Jalan Palbatu. Beberapa meter dari gerbang masuk kampung batik, kita dapat melihat berbagai
motif batik terlukis indah di samping kiri
dan kanan tembok bangunan rumah warga. Coraknya
beragam, mulai dari batik Solo, Yogyakarta, Pemalang, Cirebon dan batik
daerah Nusantara. Bahkan di gang
sempitpun, media bangunan disana tidak
lepas dari hasil karya tangan-tangan terampil para warga setempat. Hasilnya,
perkampungan Palbatu menjelma menjadi wajah baru di tengah gempuran
globalisasi. Salah
satu gang terdapat pula
ukiran batik bercorak awan khas Cirebon, seolah membuat gang menjadi lebih 'hidup' ada pula batik yang berlukiskan kesenian
khas Jakarta, Ondel-Ondel.
Berawal dari kecemasan
akan lunturnya budaya membatik serta tidak adanya tempat edukasi membatik di
Jakarta, ketiga penggagas Kampung Batik
akhirnya merealisasikan ide mereka menjadi sebuah tindakan nyata. Digagas oleh Budi Dwi
Hariyanto, Budi Darmawan dan
Bimo, sekarang jadilah kini Kampung Batik yang berlokasi
di Jalan Palbatu IV No. 17
Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan.
Didirikan pada 20-21 Mei 2011 dengan
mengundang 18 pembatik dari wilayah Jawa
dan Sumatera, para
penggagas ini memiliki maksud untuk memberikan
pelajaran membatik kepada para warga di wilayah Palbatu dan sekitarnya
dengan tujuan untuk melestarikan budaya batik dengan tindakan nyata.
Dengan mengundang
para pembatik dari berbagai daerah yang ada di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera,
para penggagas membuat acara yaitu Jakarta
Batik Karnival. Para penggagas mengatakan bahwa inilah karnival batik
pertama yang ada di Jakarta. Dengan acara ini mereka berharap bahwa batik di
Jakarta itu bangkit.
Menurut
Budi Dwi Haryanto, warga
Kampung Batik sebagian berprofesi sebagai penjual
dan pembuat batik. Sedangkan lainnya ada yang menjadi pegawai kantoran, ibu
rumah tangga, dan profesi lainnya. Namun, nama kampung batik sendiri bukan
berasal dari profesi warganya. Tetapi berasal dari hasil seni membatik di
berbagai media yang ada di kampung.
Ketika menelusuri tiap
gang, ternyata tidak hanya bangunan yang dipakai media membatik. Pot bunga, dinding tembok rumah
warga, serta
di selasar jalan tidak luput dari hiasan batik. Bahkan salah satu jalan
aspal di Palbatu II, seolah menjadi kanvas terbuka berhias batik. Begitu terampil,
dan penuh makna.
Nama kampung batik
berasal dari sanggar, pot yang dibatikin, dan bangunan yang dibatikin. Itulah asal mula nama Kampung Batik. Namun, tidak
semua wilayah di Palbatu menjadi Kampung Batik. Kini, setelah 6 tahun berdiri, Kampung
Batik mmenjadi salah satu tempat edukasi di
Jakarta yang memiliki banyak sertifikat dan berbagai piagam,
serta memiliki sedikit banyak sponsor salah satunya dari PT Indonesia Power.
Sekolah
Batik
Kampung Batik kini memiliki
sedikitnya 13 pengajar membatik yang berasal dari warga asli Palbatu,
Jakarta Selatan. Para
pengajar ini hadir untuk
memberi edukasi kepada para masyarakat serta pengunjung yang hendak mengenal
batik lebih dalam.
Salah satu pengajar Ibu
Tuti yang ditemui di Kampung Batik. Wanita
yang bekerja sebagai pengajar sejak tahun 2013 ini mengatakan kalau tempat
edukasi ini sering kali kedatangan tamu dari berbagai instansi pendidikan
ataupun individu ada pula wisatawan
dari luar negeri. Pengunjung yang bermaksud untuk
mengenal lebih dalam proses membatik dan mempelajarinya akan diarahkan untuk
mengikuti kelas membatik.
Sekolah batik
dibuka setiap hari dari pukul 09.00 WIB – 15.00 WIB. Kelas
membatik untuk peserta dibawah 7 orang
tidak diperlukan reservasi terlebih dulu karena menurut Tuti, satu pengajar dapat
menangani ke 7 peserta tersebut, namun bila lebih maka diperlukan reservasi
untuk kelas membatik tersebut.
Biaya
yang dikenakan oleh sekolah batik kepada
pengunjung yang bermaksud mengikuti kelas membatik, terbagi menjadi 4 tipe. Kalau pengunjung akan
dikenakan 100 ribu
untuk proses mencanting hingga mewarnai kain dengan ukuran 50 cmx 50 cm, 200 ribu untuk proses mencanting
hingga finishing, 250 ribu
dengan ukuran kain yang lebih besar dan 250
ribu hingga 1
juta rupiah untuk proses membatik yang lebih detail
dan kain yang lebih besar, serta dengan pelatihan yang lebih lama.
“Kalau
pelatihan ini kan sebenarnya hanya dbutuhkan waktu 2–4 jam untuk proses dari
awal hingga finishing, kalau yang sampe sejuta bisa dibilang paket lah jadi
kainnya dan prososesnya
juga berbeda,” tutur Ani, salah satu pengajar membatik.
Mengenai kekhasan batik
yang di produksi, Kampung Batik ini mempunyai motif batik khas Palbatu, yaitu: motif
topeng betawi, motif kembang api dan motif burung gelatik buah rambutan,
sedangkan proses membatik lainnya tetap ada hanya saja tidak begitu menonjol,
menurutnya hal ini karena edukasi di tempat ini dimulai dari yang paling dasar.
Selain pengajar, siang
tadi juga Kampung Batik
dikunjungi satu keluarga yang berasal dari Jakarta Barat. Kunjungan keluarga ini
dimaksudkan untuk menghabiskan hari dengan mengedukasi keluarganya dengan pengetahuan
dasar dalam proses membatik. Saat
ditanya alasannya, Ibu tiga anak ini mengaku mengedukasi pendidikan budaya
seperti ini sangat penting untuk tumbuh kembang buah hati.
“Pembelajaran
seperti ini sangat penting, apalagi anak-anak sekarang kan dekatnya dengan
gadget, kita
sebagai orangtua memberi motivasi mereka untuk juga kenal dengan budaya negaranya,”
ungkap Sari.
Menuru Tuti, antusias
pengunjung selalu seperti ini, bersemangat dan menggebu-gebu, hal ini juga
mengisi ulang baterai semangat para pengajar untuk selalu memberikan pelatihan
yang terbaik untuk para pengunjung serta masyarakat sekitar yang memiliki
kemauan untuk melatih diri dalam kegiatan membatik. Hebatnya, para
penggagas Kampung Batik ini sudah membuat kurikulum membatik di Jakarta.
Keziah (kiri) dan Mia (kanan) sedang Belajar Membatik di Sekolah Batik Palbatu |
Pemasaran Produk Batik
Selain memproduksi
batik tulis tangan, Kampung Batik
juga menerima titipan batik berupa kain, baju ataupun taplak meja untuk dijual
terhadap pengunjung. Adapun
titipan tersebut adalah dari gerai-gerai batik yang juga memiliki hubungan atau
bermitra dengan Kampung Batik
di Jakarta. Itu membuktikan sehingga tahun 2014, Kampung Batik menjadi
gerai display di Jakarta.
Kampung Batik juga
menjual beragam batik yang sudah jadi dari mitra, dari penggagas juga ada yang
langsung dari luar Jakarta, mengenai
harga, kain-kain batik dan pakaian ini dijual dengan harga beragam, ada yang dari 150 ribu sampai yang harganya jutaan.
Penjualan batik adalah
program unggulan lainnya dari Kampung
Batik Palbatu, selain program edukasi batik dan produksi batik untuk memperkaya
penjualan batik melalui gerai-gerai batik, Kampung Batik Palbatu menargetkan pembukaan
10 gerai batik pada tiga tahun pertama, terhitung mulai dari tahun 2011. Saat
ini, penjualan batik telah dilakukan melalui tiga gerai, yaitu Gerai Batik
Nonna, Rumah Batik Palbatu dan Gerai Batik Prasadi. Dalam kurun waktu setahun
kedepan, Kampung
Batik Palbatu akan menggalakkan kerjasama dengan warga untuk membuka tujuh
gerai lagi. Produk-produk batik yang saat ini dijual di gerai-gerai batik adalah
merupakan produksi dari mitra-mitra pengrajin dari beberapa daerah, diantaranya
adalah pengrajin dari Solo dan Cirebon.
Khusus di Rumah Batik
Palbatu, diantara produk yang dijual adalah produk Kampung Batik Palbatu yang
terdiri dari kain batik dengan motif Batik Palbatu, kain batik warna alam
dengan motif Batik Palbatu dan Baju Batik rancangan desainer ternama Musa
Widyatmojo yang menggunakan kain bermotif Batik Palbatu yang digunakan oleh
para finalis Pemilihan Putra Putri Batik Nusantara 2013 pada 2 Oktober 2013.
Pemilihan ini diselenggarakan oleh Ikatan Pencinta Batik Nusantara dan didukung
oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Proses membatik dengan mencanting |
Sedekah
Batik
Kampung Batik Palbatu juga
memiliki sebuah program sosial yang dinamakan Sedekah Batik. Program ini yaitu program
pengajaran batik warga seluruh warga Palbatu tanpa dikenakan biaya. Selain
warga Palbatu, program ini juga telah menyentuh anak-anak jalanan yang
tergabung dalam Sekolah Anak Jalanan di Kuningan dan Komunitas Anak Langit di
Tangerang. Kedepannya, dengan bantuan dari para donatur, pemerintahh setempat bahkan dari Kementerian,
Kampung Batik Palbatu
berharap program ini dapat memberikan manfaat kepada lebih banyak orang.
Harapan
Beralasakan
visi dan misi penggagas mendirikan Kampung Batik Palbatu ialah pemberdayaan
para warga atau masyarakat Palbatu. Mereka ingin ada kampung-kampung batik
lainnya di Jakarta.
“Kalau saja Pemerintah membantu dalam hal ‘simpati’, apa
saja kebutuhan dalam mengajarkan edukasi membatik ini pada masyarakat yang
ingin belajar, bagaimana Kampung Batik ini bisa lebih besar lagi, posisi apa
yang bisa dibantu atau kebijakan apa yang mereka bisa bantu pada kami, itu
bagus,” ujar Hary, penggagas Kampung
Batik.
Sejauh ini
bantuan dari Pemerintah belum ada membantu. Penggagas tidak membicarakan uang,
namun bagaimana peran pemerintah dalam mengangkat Kampung Batik Palbatu agar
ada kampung batik lainnya di Jakarta. Apalagi Jakarta sebagai Ibukota
Indonesia. Seharusnya sebagai Ikon negara, peran pemerintah sangat besar dalam
mempromosikan Kampung Batik Palbatu.
(kiri ke kanan) Keziah, Herlan (Marketing), Budi Darmawan (Penggagas), Budi Hary (Penggagas) dan Mia. |
Komentar
Posting Komentar