Malam
yang cerah, langit berhias bintang yang tidak dapat di hitung. Lampu jalanan
yang nyala serta ramainya jalanan dimalam hari, semua cukup membuat bersemangat
untuk pergi ke suatu tempat.
Namanya
Kedai Pendaki. Kedai yang beralamat di Jalan Arjuna 3 No. 37 (dari arah Cawang
lurus terus sampai tol Jatinegara), merupakan surganya para pendaki. Kedai ini
dibuka dari munculnya inspirasi melalui pengalaman pemilik kedai, Riky Kosner
Sirait.
“Pertama,
karena aku suka naik gunung kali ya. Yang kedua, awalnya hanya wadah untuk
nongkring para pendaki, tapi kalau nongkrong gak ngopi, ya gak asik. Dan lagi
pula, kalau digunung, saya biasanya koki,” ujarnya.
Ternyata,
membuka suatu usaha tidaklah semudah orang lain katakan. Riki mengaku bahwa ini
suka dukanya membuka kedai yang sudah tiga kali berpindah tempat.
“Kedai
Pendaki buka tahun 2011, pertama buka ditrotoar, akhirnya digusur. Akhirnya
teman kasih sebuah teras di Utan Kayu, disana selama setengah tahun, yang
terakhir pindah kesini. Ini juga dulunya steam mobil. Sekarang juga masih
ngontrak, tapi jangka panjang,” ujar pria kelahiran Medan, 22 Agustus 1985.
Kedai
Pendaki yang mempunyai karyawan tujuh orang ini tidak membuka cabang lain.
Menurut Riky, memang hanya pengen satu. Karena ingin mengumpulkan banyak orang
disini, dan satu sama lain dapat berkenalan. Simbol Kedai Pendaki unik, karena
merupakan simbol dari bahasa isyarat.
“Nah itu memang disini dibuat kelas bahasa isyarat setiap
dua minggu. Simbol Kedai Pendaki itu bahasa isyarat menurut BISINDO ( Persatuan
Bisu Indonesia). Kalau simbol yang disebelahnya, simbol Kedai Pendaki dari saya
sendiri. Kami sekaligus kampanye soal bahasa isyarat,” ujar sarjana psikologi
YAI ini.
Di Kedai Pendaki ada kopi yang berasal dari berbagai
daerah. Nama-nama kopi merupakan salah satu cerita dari sang pendiri Kedai
Pendaki. Kopi yang ada di kedai ini, yakni kopi daerah-daerah yang sudah ia
jalani. Jika ia rasa kopi tersebut enak, maka kopi tersebut di ambil dan di
jual di Kedai Pendaki. Desain Kedai Pendaki ini pun unik. Ditambah dengan
indahnya lukisan hasil karya tangan Riky dan teman-teman BISINDO, namun semua
idenya dari Riky sendiri.
Karena mempunyai ciri khas sendiri, pengunjung Kedai
Pendaki ialah orang-orang dari seluruh Indonesia. Di Kedai Pendaki ini
sebenarnya untuk nongkrong, agar kita berbicara, ngobrol dan berbagi cerita
pengalaman. Itulah sebabnya di Kedai Pendaki dilarang main handphone.
“Aku gak mengikuti zaman, memberikan wifi disini, tapi
biar ayolah kita saling mengenal. Padahal kita tahu, handphone bisa mendekatkan
yang jauh, tapi kalau sudah dekat kenapa kita jauhkan. Disini ada zona tempat
main handphone dan tidak, tapi masih saja ada yang main handphone di zona
larangan. Begitulah orang-orang dinegara Indonesia, banyak yang pintar tapi
tidak bisa baca,” ujar pria 31 tahun ini.
“Tempatnya asik. Kalau dicafe ya Cuma sekedar nongkrong.
Tapi kalau disini dapat kenalan baru, teman baru, ya hal-hal baru untuk dukung
gue kedepannya,” ujar salah satu pengunjung.
Jadi, Kedai Pendaki ini mempunyai konsep, yaitu
menyatukan. Dikedai ini, Riky tidak mau membedakan antara pendaki atau siapa
dia. Karena Riky ingin bahwa smeua sama, tidak ada perbedaan. Dan Riky berharap
seperti itu juga Indonesia, tidak membedakan satu dengan yang lainnya.
(kaw/mn/mls)
Komentar
Posting Komentar